PERANG BOSNIA
Perang antara etnis Serbia Bosnia dengan etnis Kroat Bosnia
Bosnia dan Herzegovina (1991)
Perang antara
etnis Serbia dengan
etnis Kroasia terjadi pada awal tahun 1992 akibat tidak menentunya situasi di wilayah
Bosnia Herzegovina. Aksi-aksi dari pihak Kroasia terhadap pihak Serbia Bosnia Herzegovina atau sebaliknya telah mengawali perang antara etnis
Serbia Bosnia dan
Kroat Bosnia. Pecahnya konflik bersenjata antara pihak Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia dimulai dari serangan pihak Kroat Bosnia, di bawah pimpinan dari golongan ekstrim kanan Kroasia, terhadap penduduk Serbia Bosnia di desa
Sijekovac dekat kota
Bosanski Brod (bagian utara Bosnia Herzegovina) yang menewaskan 29 orang penduduk sipil Serbia Bosnia Herzegovina, 7 orang wanita Serbia Bosnia menderita perkosaan dan 3 di antaranya dibunuh.
Peristiwa tersebut dilakukan oleh 35 orang kelompok bersenjata Garda Kroasia/pasukan Kroasia di bawah pimpinan
Dobrosav Paraga, yang berakibat memicu terjadinya perang antara pihak Kroat Bosnia dengan Serbia Bosnia. Selanjutnya pertempuran antara
Serbia Bosnia dengan
Kroat Bosnia tidak saja terjadi di bagian utara wilayah
Bosnia Herzegovina akan tetapi juga di wilayah-wilayah lainnya
dimana terdapat kepentingan yang sama antara Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia.
Perang antara etnis Serbia Bosnia dengan Muslim Bosnia
Situasi politik yang tegang, pernyataan-pernyataan para anggota pimpinan ketiga golongan etnis yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dari hari ke hari makin mempertegang situasi, namun keadaan masih tetap di bawah kontrol. Api perang tersulut, konflik bersenjata tidak terhindarkan lagi setelah terjadi pembunuhan terhadap seorang etnis Serbia yang sedang menikahkan putranya tanggal 30 Maret 1992 di pusat kota
Sarajevo.
Pada saat acara pernikahan gereja selesai dan iring-iringan sedang menuju tempat parkir kendaraan di depan
gereja, pada saat itu beberapa tembakan telah dilepaskan ke arah iring-iringan mempelai tersebut yang menewaskan ayah mempelai putra dan melukai pendeta yang memberkahi perknikahan tersebut. Dalam kejadian tersebut bendera/panji-panji bangsa
Serbia yang dibawa salah seorang rombongan dirampas dan dikoyak-koyak oleh si penyerang yang berhasil melarikan diri.
Akan tetapi hari berikutnya si penyerang berhasil ditangkap dan ternyata adalah dari etnis
Muslim Bosnia. Situasi tersebut telah mengakibatkan ketegangan di kalangan penduduk. Pasukan-pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia mencoba bertindak sebagai penengah, namun, tidak berhasil, malah pos-pos dan tangsi-tangsi Angkatan Bersenjata Yugoslavia di
blokade, rintangan-rintangan jalanan dipasang oleh fihak Muslim dan Kroasia yang semenjak semula sudah membentuk koalisi Serbia dan Angkatan Bersenjata Yugoslavia, skenario yang terjadi di
Slovenia dan
Kroasia terulang, peperangan sporadis, pecah dimana-mana.
Klimaks konflik terjadi setelah Masyarakat Eropa dan AS mengakui
Bosnia Herzegovina sebagai negara merdeka dan berdaulat. Hal ini telah mendorong pimpinan Bosnia-Herzegovina yang terdiri dari etnis Muslim & Kroat menuduh etnis Serbia Bosnia yang sebagai "
agresor" terhadap negara merdeka dan berdaulat Republik Bosnia Herzegovina. Pertempuran antara pihak Serbia Bosnia dengan Muslim Bosnia berkecamuk kembali terutama di wilayah
Sarajevo, wilayah utara Bosnia Herzegovina dan wilayah bagian timur Bosnia Herzegovina.
Pertempuran sengit yang masih terus berlanjut antara pasukan
Muslim Bosnia dengan
Serbia Bosnia adalah pertempuran untuk memperebutkan tempat strategis di
Foca (suatu kota di wilayah bagian selatan Sarajevo yang menghubungkan garis logistik pasukan Muslim dari Bosnia Timur ke
Sarajevo) dan perebutan titik kuat di bukit
Jablanica dan bukit
Igman yang terletak dipinggiran kota
Sarajevo. Dari tempat-tempat strategis tersebut di atas akan dapat menguasai
Sarajevo secara keseluruhan. Pertempuran yang terus berlanjut antara Muslim Bosnia Herzegovina dengan Serbia Bosnia Herzegovina di Sarajevo tersebut menjadikan perundingan penyelesaian krisis di Bosnia Herzegovina di antara Faksi-Faksi yang bertikai di Jenewa menjadi tertunda.
Perang antara Serbia Bosnia dengan aliansi Kroat Bosnia dan Muslim Bosnia
Dalam upaya politik antara
Muslim Bosnia dengan
Kroat Bosnia telah terbentuk koalisi sejak proses pemisahan diri Republik Bosnia Herzegovina dari Yugoslavia. Keadaan tersebut juga diikuti di bidang militer
dimana terjadi aliansi antara kekuatan militer Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia untuk mengimbangi kekuatan Serbia Bosnia.
Penyelesaian krisis di wilayah
Bosnia Herzegovina melalui perundingan yang tidak menghasilkan sesuatu untuk menghentikan krisis
Bosnia Herzegovina telah mendorong konflik bersenjata di lapangan antara pihak Serbia Bosnia dengan Muslim-Kroat Bosnia semakin meluas untuk mencapai kepentingan-kepentingannya. Dalam perang saudara,
perang antar etnis dan agama yang terjadi di Bosnia Herzegovina banyak diwarnai oleh pertempuran-pertempuran antara pasukan Serbia Bosnia dengan pasukan Muslim-Kroat. Front pertempuran timbul di seluruh wilayah Bosnia Herzegovina.
Pertempuran antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-Kroat bertambah sengit karena pihak Muslim-Kroat mendapat bantuan kekuatan dari tentara reguler
Republik Kroasia yang diperkirakan sekitar 40.000 orang dan tentara-tentara asing (
Mujahidin). Kekuatan yang berimbang tersebut mengakibatkan alotnya pertempuran namun pada akhirnya pihak Serbia Bosnia lebih banyak memenangkan pertempuran-pertempuran, karena pasukan Serbia Bosnia lebih terorganisir baik dari segi personil maupun perlengkapan militer.
Hasil pertempuran ternyata hampir 2/3 wilayah
Bosnia Herzegovina telah dikuasai oleh pasukan Serbia Bosnia selama 28 bulan terakhir dalam konflik bersenjata yang ada di Bosnia Herzegovina. Akibat perang Serbia Bosnia dengan Muslim-Kroat telah menimbulkan korban yang sangat besar jumlahnya yang diperkirakan ratusan ribu tewas (penduduk sipil maupun militer).
Gencatan senjata yang disetujui antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-Kroasia tidak pernah dilaksanakan akibat banyaknya formasi-formasi militer yang tidak di bawah komando tentara reguler yang ada di Bosnia Herzegovina dan juga diperkirakan akibat kurangnya pengaruh pimpinan politik terhadap pihak-pihak militer.
Perkembangan situasi politik di
Bosnia Herzegovina turut memengaruhi perkembangan situasi militer. Kegagalan-kegagalan usaha-usaha perdamaian yang disponsori oleh masyarakat internasional telah mendorong meningkatnya pertempuran-pertempuran di antara pihak-pihak yang bertikai di
Bosnia Herzegovina. Persetujuan-persetujuan gencatan senjata tidak mampu menghentikan perang yang berkobar di antara pihak-pihak yang bertikai terutama antara pasukan Muslim Bosnia bersama-sama dengan Kroat Bosnia melawan pasukan Serbia Bosnia.
Meningkatnya pertempuran antara pasukan Muslim Bosnia dan Kroat Bosnia melawan pasukan Serbia Bosnia, antara lain di samping sebagai akibat terbentuknya Federasi Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia sesuai inisiatip
Washington pada bulan Maret 1994, juga dikarenakan adanya persetujuan-persetujuan gencatan senjata yang tidak dipatuhi oleh pihak-pihak yang bertikai. Dengan kata lain, satu pihak mematuhi akan tetapi pihak lainnya melakukan pelanggaran-pelanggaran dan memanfaatkan gencatan senjata sebagai momentum yang baik untuk melancarkan operasi-operasi militernya.
Daerah-daerah konflik yang paling sengit antara pasukan Muslim dan Kroat Bosnia melawan Serbia Bosnia terjadi di daerah-daerah strategis utamanya di Gunung
Ozren (sebelah utara kota Sarajevo), kota
Brcko (bagian utara Bosnia Herzegovina),
Gorazde,
Maglaj dan
Olovo, akhirnya meluas ke wilayah Sarajevo yaitu di kota
Vares (lebih kurang 40 km dari Sarajevo). Dalam pertempuran tersebut pasukan Muslim Kroat berusaha untuk merebut wilayah-wilayahnya yang hilang selama terjadinya krisis di Bosnia Herzegovina 2 tahun sebelumnya karena pasukan Serbia Bosnia telah menguasai hampir 2/3 wilayah Bosnia Herzegovina selama pertempuran-pertempuran dengan pihak Muslim Bosnia maupun pihak Kroat Bosnia.
Perang etnis Muslim Bosnia dengan etnis Kroat Bosnia
Meskipun antara etnis Muslim dengan Kroat telah membentuk koalisi, akan tetapi pada prinsipnya kedua kelompok tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda dalam krisis di Bosnia Herzegovina. Persekutuan Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia hanya merupakan upaya untuk mencapai tujuan masing-masing. Pihak Kroat Bosnia mempunyai cita-cita untuk menyatukan Bosnia Herzegovina dengan Kroasia ataupun memisahkan wilayah
dimana terdapat etnis Kroat Bosnia untuk selanjutnya bergabung dengan
Republik Kroasia.
Dilain pihak
Faksi Muslim Bosnia menghendaki Bosnia Herzegovina sebagai negara kesatuan dan menentang pembagian Bosnia Herzegovina kedalam bentuk apapun serta bercita-cita untuk membentuk Negara Islam. Konflik bersenjata antara Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia tidak terlepas dari gagasan
Cyrus Vance dan
Lord R. Owen untuk membagi wilayah Bosnia Herzegovina kedalam 10 Propinsi
dimana di antaranya terdapat 3 Propinsi bersama antara penduduk Muslim dan penduduk Kroat. Aspirasi dari “
Rencana Vance – Owen” tersebut lah yang memicu terjadinya perang antara Faksi Muslim dengan Kroat yang sejak semula mempunyai kepentingan yang berbeda dalam krisis Bosnia Herzegovina.
Terjadinya perang antara Faksi
Muslim Bosnia dan
Kroat Bosnia di
Bosnia Tengah yang terus berkecamuk, di antaranya adalah untuk mendominasi potensi-potensi ekonomi dan militer di wilayah bersama antara penduduk Muslim dan Kroat. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa perang yang paling sengit terjadi di kota-kota
dimana terdapat lahan-lahan pabrik senjata ataupun industri-industri militer. Akibat perang tersebut tidak saja menimbulkan korban dikalangan penduduk maupun militer akan tetapi industri-industri militer tersebut turut pula mengalami kehancuran.
Oleh sebab itu perang antara
Muslim Bosnia dengan
Kroat Bosnia secara tidak langsung ikut menghancurkan potensi militer di Bosnia Tengah. Situasi pertempuran antara pasukan Muslim Bosnia Herzegovina dengan Kroasia
Bosnia Herzegovina pada awalnya kemenangan di pihak Kroasia Bosnia Herzegovina akan tetapi dalam posisi terakhir pasukan Muslim Bosnia Herzegovina dapat memukul pasukan Kroasia Bosnia Herzegovina
dimana pasukan Muslim Bosnia telah mendapat perkuatan dari pasukan-pasukan sukarelawan asing (khususnya Mujahidin yang diperkirakan berjumlah 3.000 orang) dan mulai menguasai kota-kota penting di Bosnia Tengah. Pertempuran antara
Kroat Bosnia dengan
Muslim Bosnia di Bosnia Tengah telah menimbulkan korban dan pengungsian penduduk besar-besaran dari wilayah tersebut yang sering disebut dengan istilah “ethnic cleansing”.
Pertikaian antar Muslim di Bosnia Barat
Setelah Konferensi-Konferensi mengenai Perdamaian tentang Bosnia Herzegovina gagal, akhirnya pada tanggal 27 September 1993,
Cazin-Krajina, daerah kantong Muslim yang paling besar di bagian barat
Bosnia Herzegovina telah diproklamirkan dan ditetapkan sebagai
Propinsi Otonomi Bosnia Barat (Autonomous Province of Western Bosnia). Proklamasi Propinsi Otonomi Bosnia Barat dilakukan dengan suara bulat oleh 400 delegasi dalam suatu Sidang Konstitusional Parlemen di
Velika Kladusa (kota terbesar di wilayah Cazin-Krajina). Badan yang sama juga memilih dengan suara bulat
Fikret Abdic sebagai Presiden APWB. Proklamasi ini ditentang oleh pemimpin Muslim Bosnia, Alija Izetbegovic, yang memerintahkan pasukannya untuk menindak Fikret Abdic sehingga menimbulkan pecahnya perang di kalangan Muslim sendiri yaitu antara Faksi Muslim Bosnia Herzegovina pengikut Alija Izetbegovic melawan pengikut Muslim moderat Fikret Abdic.
Upaya-upaya pihak Muslim Bosnia Herzegovina pimpinan
Alija Izetbegovic dalam menyelesaikan perselisihannya dengan pimpinan Muslim Bosnia Herzegovina Barat pimpinan
Fikret Abdic baik secara persuasip maupun dengan kekerasan tetap tidak dapat menghentikan sikap Muslim Bosnia Herzegovina Barat yang telah memproklamirkan dirinya sebagai
Propinsi Otonomi Bosnia Barat. Kondisi tersebut telah mendorong semakin sengitnya pertempuran kedua belah pihak yang mengakibatkan jatuhnya korban di pihak masing-masing.
Perkembangan yang menarik dari konflik antar Muslim Bosnia Herzegovina bagian barat tersebut adalah adanya sikap pasukan
Alija Izetbegovic yang tidak sepenuhnya bertempur menghadapi pasukan pimpinan
Fikret Abdic bahkan tidak sedikit pasukan-pasukan pimpinan Alija Izetbegovic yang menyeberang ke pihak Fikret Abdic. Kondisi tersebut telah memaksa banyaknya pergantian-pergantian unsur pimpinan militer Alija Izetbegovic di Bosnia Herzegovina Barat.
Sejarah Konflik di Bosnia
Wilayah Bosnia yang terletak di jantung dari
Federasi Yugoslavia, yang menjadi daerah perebutan pengaruh sejak zaman Kerajaan
Austro-Hungaria melawan pengaruh Kerajaan Turki pada saat Kekaisaran “
Ottoman”. Bubarnya Yugoslavia lama, tampaknya oleh negara-negara sekitarnya maupun dari negara-negara Big Power/luar menginginkan agar “
Yugoslavia mini” ini ikut bubar. Adanya pemerintahan yang diatur bergilir oleh tiga etnis dominant di Bosnia (Muslim, Serbia dan Kroat), ikut menambah kerawanan negeri ini, karena pengaruh pada salah satu etnis dari negara tetangga ataupun dari luar, dapat segera membakar kearah pertikaian.
Penguasaan Bosnia secara bulat oleh Republik-Republik di sekitarnya ataupun menjadi suatu negara yang berdasarkan
konstitusi Islam, akan dipandang cukup membahayakan negara-negara Eropa. Dilihat dari segi Sosial Budaya maka keberadaan tiga etnis dominan yang terdiri dari 3 suku yang berbasis pada agama yang berbeda, setelah
kesadaran beragama mulai terusik sedangkan UUD-nya tidak mengatur tentang
kerukunan hidup beragama karena tidak adanya suatu idiologi yang mengikat kesadaran berbangsa, maka perbedaan di antara penduduk semakin tajam. Perbedaan ini menjadi bertambah berbahaya ketika pimpinan politik dan pengaruh luar ikut mengeksploitir kekuasaan berdasarkan etnis dan agama ini.
Pada saat Tito berkuasa, mereka dipersatukan oleh kepemimpinan Tito yang kharismatik, program “
Unity and Brotherhood” yang cukup baik sehingga wilayah ini menjadi sangat potensial bagi keberadaan Yugoslavia pada waktu itu. Dari kacamata ekonomi, kekayaan alam dan bahan tambang yang dikandung dalam wilayah Bosnia Herzegovina, merupakan daya tarik lainnya bagi siapa yang menguasai wilayah ini. Hampir 80% medan gunung-gunung dengan sungai yang berjeram merupakan daerah yang menguntungkan bagi penyediaan listrik tenaga air (Hydropower plant). Demikian juga kekayaan akan tambang bauxit, magnesium, asbes, dalomit, batubara, minyak, lignite, garam dan lain-lain, merupakan tambang yang potensial bagi berjalannya industrialisasi. Sewaktu Tito berkuasa, wilayah ini kemudian menjadi pilihan ditempatkannya lebih dari 60% pabrik-pabrik Yugoslavia.
Oleh sebab itu Bosnia Herzegovina merupakan mesin utama bagi jalannya perindustrian Yugoslavia. Daerah-daerah industri yang ada di Bosnia Herzegovina di antaranya ialah Pabrik senjata artileri dan mortir di
Novitravnik, Pabrik tank/kendaraan lapis baja di
Bosanki Brod, Oil Refinery di
Slavonski Brod, Pabrik aluminium dan pesawat terbang di
Mostar, Pabrik bahan kimia di
Sabac dan Tuzla, Pabrik senjata ringan “Pretis” di
Vogasca (dekat Sarajevo), Pabrik senjata dan munisi “Igman” di
Konjic, Pabrik kimia, mesin, ranjau, tambang batubara dan lignite di
Tuzla, Pabrik besi dan baja di
Zenica, Pabrik minyak roket, bahan ledak, bubuk mesiu di
Vitez, Pabrik munisi di
Gorazde, Pabrik battery di
Luskovac, Pabrik perlengkapan militer di
Foca dan
Capljina dan lain-lain. Kota
dimana pabrik-pabrik serta wilayah tambang tersebut di atas pada umumnya di dalam kekuasaan etnis Muslim dan etnis Kroat, sehingga saat itu merupakan daerah perebutan kekuasaan (trouble spot). Beberapa di antaranya dilindungi oleh PBB/
UNPROFOR untuk mencegah penghancuran daerah-daerah krisis tersebut.
Dari pandangan Strategi Militer, keberadaan pabrik-pabrik bagi keperluan militer yang lebih dari 60% berada di wilayah Bosnia Herzegovina merupakan daya tarik utama akan penguasaan wilayah ini. Pada masa Tito berkuasa, dengan pertimbangan keamanan, dan perlindungan alam yang baik maka
Bosnia Herzegovina dipilih untuk kedudukan wilayah industri militer, karena dipandang aman dari ancaman Pakta Warsawa maupun Pakta
NATO. Ditinjau dari segi etnis, bahasa dan sosial budaya, Yugoslavia sebagai negara “sosialis self-management” merupakan tujuan utama bagi ahli-ahli / para teknokrat eks Pakta Warsawa untuk keluar dari Uni Soviet. Tidak mustahil bila mereka berhasil masuk ke Yugoslavia dalam keadaan bersatu, maka Yugoslavia akan dapat menjadi negara super power di bidang pertahanan dan keamanan dikemudian hari.
Dengan terpusatnya
industri militer Yugoslavia berada di Bosnia Herzegovina, maka ahli-ahli tersebut dikhawatirkan akan berada di wilayah ini. Untuk mencegah hal tersebut negara-negara “Big Power” terutama dari Blok Barat, tentunya menjadikan wilayah Bosnia Herzegovina sebagai wilayah kepentingannya. Di sisi lain dengan bubarnya
Pakta Warsawa maka Eropa dikhawatirkan akan kebanjiran stock senjata eks Blok Timur, yang akan bermuara pada meningkatnya organisasi senjata secara liar di Eropa dan selanjutnya akan membahayakan keamanan Eropa. Dengan adanya perang Bosnia maka aliran senjata lebih tersebut secara tidak langsung akan mengarah ke wilayah ini. Dengan menumpuknya beberapa kepentingan di wilayah Bosnia Herzegovina maka wilayah ini layak untuk disebut daerah rawan atau titik kritis bagi negara-negara di Eropa.